Rabu, 12 April 2017

Pertunjukan tari Sigale-gale, pertunjukan mistis yang telah beradaptasi.















Mengunjungi Sumatera Utara tak lengkap rasanya bila tak mengunjungi Danau Toba dan Pulau Samosir. Meski terkenal akan keindahan alamnya, pulau Samosir sebenarnya juga memiliki destinasi wisata budaya yang amat layak dikunjungi. Salah satunya adalah Pertunjukan Tari Sigale-gale yang berada di Desa Tomok Parsaoran, kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir.





Pertunjukan tari Sigale-gale adalah sebuah pertunjukan yang amat berbeda dari pertunjukan tari biasa. Pada pertunjukan ini, penari bukanlah seorang manusia melainkan sebuah patung kayu. Yap. Patung kayu yang diukir dan dibentuk seperti manusia, plus dihias dengan baju adat kebesaran dan kain ulos. Sebuah lambang kebesaran dalam budaya Batak.


Aneh? Pasti. Yang lebih aneh lagi, patung ini mampu menari Tor-Tor dengan baik tanpa dikendalikan manusia. Diletakkan diatas peti berukir kepala manusia bertanduk, patung lelaki ini menari seiring musik yang dimainkan.
Atau setidaknya, begitulah menurut cerita penduduk asli desa Tomok, dimana pertunjukan tari patung ini diselenggarakan. Zaman dulu, Patung Sigale-gale mampu menari sendiri tanpa bantuan manusia. Ketika dilangsungkan sebuah pertunjukan budaya saat waktu tertentu setiap bulan, patung ini akan menari dan menjadi tontonan penduduk sekitar.
Ternyata hal ini terkait dengan sejarah patung Sigale-gale sendiri.


Patung Sigale-gale

Dibalik kemampuan menari boneka ini ternyata tersimpan cerita pilu. 

Alkisah, zaman dulu ada seorang Raja yang amat terkenal bernama Raja Rahat. Meski memiliki kekayaan berlimpah, namun raja hanya memiliki seorang putera. Anak kesayangan raja ini diberi nama Manggale. Manggale sangat suka menari. 

Suatu hari, Manggale yang diperintah berperang oleh Raja ternyata gugur di medan perang. Raja amat sedih dan kehilangan anak semata wayangnya ini. Berhari-hari Raja bermuram durja, tak enak makan dan minum bahkan sampai jatuh sakit.

Untuk menyenangkan hati Raja kembali, rakyat membuat sebuah patung anak laki-laki yang mirip Manggale. Patung ini dihias dan dirias persis seperti Manggale dan diberi nama Sigale-gale, artinya Si Lemas-lemas.

Diselenggarakanlah sebuah pertunjukan di depan raja. Dukun pun memanggil arwah Manggale agar masuk ke patung Sigale-gale. Benarlah, arwah Manggale dikabarkan mampu masuk kedalam patung dan menggerakkan patung. Patung pun bergerak seperti menari. Diiringi lagu-lagu dan musik Batak, Manggale kembali hidup dalam sosok Sigale-gale.

Raja senang bukan main. Gembira karena anaknya kembali dan menari seperti dulu. Akhirnya Raja berangsur embuh dari sakitnya. Sejak saat itu pertunjukan patung Sigale-gale diminta dimainkan pada waktu tertentu setiap bulan. Saat malam hari, rakyat berkumpul dan pertunjukan digelar. Sordam dan gondang sabangunan dimainkan, rakyat menari-nari mengelilingi patung Sigale-gale yang bergerak-gerak gembira.
Begitulah hikayatnya. 

Namun kini  budaya pertunjukan Sigale-gale pun beradaptasi. Seiring perkembangan agama Kristen di Samosir, kepercayaan tentang hal-hal mistis maupun dukun sudah tidak diperbolehkan lagi. Tidak ada lagi upacara pemanggilan arwah dalam acara adat.  Pun dalam pertunjukan tari Sigale-gale, Sigale-gale kini dikendalikan pawang lewat seutas tali. Patung ini kini menari karena dikendalikan seorang petugas dari balik tirai.

Petugas Pemandu menari Tor-tor

Meski tarian Sigale-gale tak semistis dulu, pertunjukan ini masih tetap menarik minat para pengunjung. Atensi yang cukup besar ditunjukkan lewat kesediaan para pengunjung menari bersama. 




Pengunjung yang datang ke lokasi wisata budaya ini boleh menyewa ulos dan menari bersama Sigale-gale. Dipandu seorang petugas, mereka boleh menari tor-tor mengelilingi patung dengan diiringi musik Batak yang dimainkan. Untuk ini pengunjung hanya akan ditarik uang retribusi sebesar Rp.80K saja plus tiket masuk sebesar 5K rupiah. Cukup murah untuk sebuah pengalaman baru.

Jadi, siapa tertarik menari bersama Sigale-gale?


Selasa, 11 April 2017

Pulau Lengkuas, Beauty and the Pain

pulau Lengkuas

Masih dalam edisi perjalanan Belitung, kali ini akan saya ceritakan tentang Pulau Lengkuas.
Pulau Lengkuas adalah salah satu destinasi wisata unggulan di Belitung. Terletak di sebelah utara Pulau Belitung, Pulau Lengkuas hanya dapat dijangkau dengan perahu nelayan sewaan. Pengunjung bisa menyewa perahu dari Tanjung Kelayang atau Tanjung Binga dengan biaya mulai 500K seharian. 

PS: Tarif perahu ini borongan, artinya berapapun orang yang ikut naik harganya tetap sama. Satu perahu bisa muat 5 sampai 10 orang, dengan jangka waktu sewa seharian dan destinasi di sekitar Pulau Lengkuas saja. Ini termasuk harga yang lumayan murah karena pengunjung bisa  bareng-bareng rombongan agar biaya yang dikeluarkan tiap orang lebih hemat. Kamu juga bisa minta guide untuk menunjukkan spot-spot cantik dalam perjalanan menuju pulau Lengkuas demi mampir sejenak untuk sekedar foto-foto.


pantai Tanjung Kelayang

pantai Tanjung Kelayang 

pantai Tanjung Kelayang













Sebelum menyewa perahu dari Tanjung Kelayang, saya sempat mengabadikan lanskap indah yang tersaji di depan mata. Pantai Tanjung Kelayang yang hening, bermandikan cahaya hangat matahari, dengan sapuan ombak lembut dan angin yang sepoi-sepoi. Terlihat beberapa perahu nelayan tertambat di pinggir pantai. 
Belum ada aktivitas berarti karena pagi masih muda, belum waktunya untuk kembali melaut. Pantai berpasir putih dan dihiasi bebatuan besar. Ombaknya tenang, dengan air jernih berwarna emerald. Cantik sekali..

-----

Perjalanan menuju pulau Lengkuas overall lancar. Di tengah laut sempat ombak  lumayan tinggi, tapi masih terkendali. Nelayan yang membawa perahu sewaan ini memang profesional dan khusus melayani wisatawan yang ingin mengunjungi Pulau Lengkuas. Jadi kamu yang pengen kesini, nggak perlu khawatir tersesat atau nyasar di tengah samudera.

PS: pakailah sunblock, kenakan kacamata hitam dan banyak minum air. Bawa beberapa botol air minum pun dirasa perlu. Matahari Belitung terik sekali saat siang, dan harga air minum botolan di wilayah wisata lumayan mahal.
-

Pulau Lengkuas dari kejauhan

Mendarat di Pulau Lengkuas





























Sampai di Pulau Lengkuas kami langsung menuju mercusuar peninggalan Belanda yang terletak di tengah pulau. Mercusuar yang berdiri sejak 1882 ini masih tegak berdiri bahkan dimanfaatkan untuk objek wisata Pulau Lengkuas. Sampai saat ini mercusuar masih berfungsi dengan baik dan bangunannya pun masih kokoh.


Pintu Masuk 
Jendela di Lantai 1

Mercusuar dikelilingi bangunan untuk para penjaga berupa ruangan-ruangan semacam barak. Lengkap dengan kamar mandi, dapur dan ruangan lain, kompleks ini lumayan nyaman dan bersih. Demi menjaga kebersihan, sebelum masuk ke mercusuar, pengunjung diwajibkan melepas alas kaki di depan pintu masuk, kemudian penjaga akan memberikan potongan spons untuk mengelap pasir dari kaki. Selain itu, ada biaya masuk sebesar 5000 rupiah yang harus diserahkan kepada penjaga.




--
Bangunan yang lumayan tua ini terdiri dari 17 lantai dengan jendela kecil di tiap lantainya. Dengan jendela yang berada di sisi berbeda di tiap lantai, pengunjung bisa menikmati pemandangan dari empat arah mata angin selama menuju puncak mercusuar. Meski disuguhkan lewat jendela kecil nan sempit, pemandangan laut lepas amat memanjakan mata.
Jendela Lantai 2

Jendela lantai 7

Jendela lantai 2

Bagian dalam Mercusuar



















---

Perjuangan naik 17 lantai menuju puncak sungguh tidak mudah. Apalagi tangga mercusuar ini agak sempit dan naik tajam, hampir 45 derajat. Betis ini rasanya sudah protes minta berhenti dan tidak sanggup melanjutkan pendakian anak tangga, tapi bayangan pemandangan laut dari puncak mercusuar yang super indah melambai-lambai di depan mata. Akhirnya dengan penuh perjuangan, saya berhasil naik sampai puncak.

View dari puncak Mercusuar

Hows the view?
Sumpah, Cantik sekali! Saya tidak menyesal menaiki 17 lantai atau sekitar 400 anak tangga demi pemandangan super indah yang saya berhasil dapatkan ini. Keluar menuju beranda puncak mercusuar, saya disambut angin laut yang kencang dan pemandangan luas menuju laut lepas. Speechless, saya hanya mengambil foto-foto sambil berjalan di beranda yang sempit itu, terpana dengan pemandangan indah yang membius saya sepenuhnya. Ini bener-bener beauty and the pain, keindahan pemandangan se-super ini diperoleh dari betis yang bersakit-sakit ria menaiki 400 anak tangga.































Puas sekali, perjuangan menuju puncak mercusuar berujung manis. Sakit di betis terbayarkan total dengan keindahan pemandangan laut lepas yang memukau. Totally worth it kalo kata bule mah. Nggak akan nyesel naik 17 lantai jika pemandangan yang didapat secantik ini. So, kamu tertarik untuk menikmati pengalaman Beauty and the Pain di Mercusuar Pulau Lengkuas? Jangan lupa masukkan Pulau Lengkuas di daftar tripmu selanjutnya.. 


Makassar first timer, senja di Pantai Losari..

Sebelumnya mohon maaf, karena saya sedang jaraaang banget pergi kemana-mana maka demi keberlanjutan eksistensi blog saya memutuskan untuk re...