Senin, 30 Januari 2017

10 things you can do in Manado if you cant swim,


Manado identik dengan Bunaken. When i googling about “trip Manado”, hasil yang keluar mostly adalah “paket wisata Bunaken”, “Manado trip hopping islang”, “diving”, “snorkeling”, atau “open trip”. Memang, keindahan alam bawah laut Manado sudah terkenal dan tak perlu diragukan lagi. Tak ayal Bunaken pun menjadi destinasi wisata para wisatawan, baik lokal maupun internasional. Alasan apatah yang membuat orang berkeinginan mengunjungi Bunaken selain snorkeling dan diving? Karena sejujurnya, dua hal tersebut adalah daya jual Manado pada umumnya dan Bunaken pada khususnya.

Namun keindahan Bunaken ini membuat saya speechless karena: saya tidak bisa berenang. Pergi ke Bunaken tanpa snorkeling dan diving adalah wasting money and time. Biaya menyeberang ke pulau Bunaken saja sudah mahal. Sekitar 500 ribu jika naik boat dan 30 ribu jika naik kapal biasa. Untuk saya, harga segitu termasuk mahal karena saya toh tidak bisa menikmati komoditas wisata utama yang ditawarkan Bunaken yaitu keindahan alam bawah laut.
Maka saya memutuskan untuk tidak nekat pergi ke Bunaken.
Sebagai gantinya, ketika sedang berada di Manado, saya melakukan beberapa hal dan mengunjungi beberapa destinasi wisata yang tidak kalah indah dan menarik dari Bunaken. Ini dia listnya :
  • Nongkrong di Boulevard

Boulevard adalah wilayah di sekitar pantai Malalayang yang penuh dengan tempat kuliner. Bubur tinutuan, mie cakalang, pisang goreng sambal dabu-dabu adalah salah satu dari sekian menu kuliner yang patut dicoba saat nongkrong di wilayah ini. Jangan takut jika ingin kulineran tapi budget tipis. Kafe, restoran sampai pedagang kaki lima, semua bisa dijumpai di wilayah ini.
Tips : pergilah agak awal jika ingin kebagian tempat, karena biasanya restoran, kafe atau warung akan mulai padat pengunjung sejak jam 6 sore sampai malam. Restoran biasanya tutup pukul 11 malam.

  • Menikmati sunset di Pantai Malalayang

Menikmati sunset di pantai ini gratis dan tak dipungut biaya apapun. Kita bisa nongkrong begitu saja di trotoar pinggir pantai. Pemandangan pantai sore hari dengan sunset yang indah, berlatar Manado Tua di kejauhan, sungguh indah dipandang.


  • Swafoto di Jembatan Soekarno

Jembatan Soekarno adalah salah satu icon kota Manado. Dari jembatan ini kita bisa melihat Manado Tua dan kampung Sindulang, sebuah kampung dengan rumah yang dicat warna-warni seperti pelangi . Ketika mengunjungi tempat ini, kita akan merasa disambut dengan meriahnya warna warni rumah pelangi dan tulisan Welcome to Manado di lereng bukit. Welcome to Manado, jo!

Tips : sebaiknya membawa kamera sendiri jika ingin foto-foto lebih puas. Jika tidak pun tak apa, ada tukang foto keliling yang standby disana, siap memfoto pengunjung dan langsung cetak saat itu juga.

  • Mengunjungi Monumen Yesus Memberkati

Patung Yesus yang berdiri megah setinggi kira-kira 50 meter ini terletak di perumahan Citraland. Berjarak 15 menit dari pusat kota, monumen ini menjadi tempat yang ramai dikunjungi hampir tiap hari. menurut info, patung Yesus ini dibangun pada tahun 2007 dengan biaya sekitar 5 M, fantastis!. 
Tips : Untuk melihat atau memfoto monumen ini dengan leluasa, kita bisa masuk ke dalam perumahan Citraland. Dari sisi ini monumen ini terlihat lebih jelas.

  • Ziarah makam Tuanku Imam Bonjol

Seperti yang pernah saya ceritakan, ziarah ke makam salah satu pejuang nasional ini tidak boleh kita lupakan jika kita mengunjungi Manado. Terletak di desa Lotta, Kecamatan Pineleng, Minahasa, makam ini menjadi saksi sejarah dan tempat peristirahatan terakhir salah satu ulama sekaligus pejuang Indonesia.
Tips : datanglah di siang hari dan silahkan berkunjung ke tempat shalat Tuanku Imam Bonjol, 100 m dari area makam.

  • Menghabiskan sore di Danau Linow


Menikmati danau Linow 3 warna yang indah dan mengagumkan, 30 kilometer dari kota Manado. Danau yang ramai dikunjungi wisatawan ini menyajikan pemandangan indah sekaligus kesegaran udara karena letaknya yang berada di kota Tomohon. Cocok untuk menenangkan hati dari rutinitas pekerjaan sehari-hari.
Tips : pisang goreng di kafe pinggir danau sangat recomended, patut untuk dicoba.

  • Makan seafood di restoran Wisata Bahari
Saya sempat kena zonk saat makan malam di salah satu restoran di sekitaran Pantai Malalayang, namun rasa kecewa itu langsung terobati begitu saya makan malam di restoran Wisata Bahari. Berkonsep restoran pinggir pantai, Wisata Bahari menyajikan kombinasi hidangan yang nikmat, tempat yang indah, band yang menampilkan pertunjukan berkualitas, dan pelayanan terbaik. Komplit.
Tips : ikan saos pedas di restoran ini enak!

  • Membeli Christine Klappertaart
Christine Klappertaart cukup terkenal akan kelezatannya. Dibuat dengan bahan pilihan, kue khas Belanda ini siap menggoyang lidah penikmatnya. Ada beberapa varian rasa yang disajikan di toko yang telah memiliki banyak cabang ini. Rasa Nutella, Blueberry, keju, coklat, durian, dan tentu saja klappertaart original. Kue ini dibanderol dengan harga 20 sampai 200K per porsi.
Tips :  sebagai informasi, klappertaart buatan ibu Christine menggunakan rum sebagai campuran. Namun ada beberapa varian yang dibuat tanpa menambahkan rum.

  • Beli oleh-oleh di Grand Merciful Building
Pusat oleh-oleh terbesar dan terlengkap di Manado. Percayalah, anda pasti ingin berkunjung kesini. Semua jenis oleh-oleh khas Manado bisa anda beli disini dengan harga lumayan. Disini tersedia sambal Roa, klappertaart, klapperkoek, batik, dan semua jenis oleh-oleh yang mungkin ingin dibeli.
Tips : belanja pada malam hari di tempat ini bisa dilakukan jika menginginkan suasana yang sedikit sepi. Siang hari biasanya pengunjung Grand Merciful Building lebih banyak.

  • Makan bakso solo di Boulevard
Do you believe it? Ada warung bakso solo di Manado, di pinggir pantai Malalayang!. Memesan semangkok bakso daging dan secangkir teh hangat, saya menikmati sunset sore itu dengan perut kenyang.
Tips : campurkan kecap dan sambal pada semangkok piring, lalu celupkan sebutir bakso kedalamnya sebelum disantap. Thats my way to enjoy my meatballs. Jangan pake saos! saos pabrik mengandung bahan kimia yang tidak baik untuk kesehatan.

Terdengar standar? Well, mungkin begitu. Namun percayalah, sepuluh hal ini patut dicoba. So, if you cant swim dan gak ada budget untuk maen-maen di Bunaken, jangan berkecil hati. Kamu masih bisa tetep maen ke Manado dan mbolang dengan sepenuh hati. 

Minggu, 29 Januari 2017

Ziarah ke makam Tuanku Imam Bonjol,


Berkunjung ke salah satu web milik seorang traveler, saya mendapat informasi bahwa di Manado terdapat sebuah makam yang wajib dikunjungi. Makam sang pahlawan nasional, Tuanku Imam Bonjol. 

Siapa yang tidak kenal beliau? Pahlawan perang Paderi yang melawan Belanda dengan gigih, dan diasingkan Belanda hingga akhir hayatnya. Pengasingan Tuanku Imam Bonjol yang terakhir adalah di Lotak, Minahasa, dekat kota Manado. Disitulah beliau akhirnya meninggal dan dimakamkan.

Ketika berkesempatan mengunjungi Manado, tak lupa saya menyisipkan agenda berziarah ke makam Tuanku Imam Bonjol. Berjarak sekitar 9 km  dari kota Manado, perjalanan menuju kompleks makam ini dapat ditempuh dalam waktu sekitar setengah jam menggunakan mobil. Jalan beraspal yang menanjak, menandakan wilayah yang kami lalui adalah wilayah perbukitan. Selama perjalanan, wilayah yang kami lalui menyajikan hamparan lanskap kota Manado yang menawan. Indah dipandang dan menyejukkan hati.

Berdasar cerita, Tuanku Imam Bonjol tidak menikah lagi selama hidup dalam pengasingan. Selama diasingkan, beliau ditemani oleh seorang pengawal setianya. Pengawal inilah yang akhirnya menikahi gadis minahasa dan ber-anak keturunan. Keturunan pengawal Tuanku Imam Bonjol ini yang menjadi juru kunci dan penjaga makam beliau sampai saat ini.
(tampak depan kompleks makam)

Kami sampai di kompleks makam sekitar tengah hari. Kompleks makam terlihat sepi dan tenang. Memasuki lokasi, halaman kompleks yang hijau dan asri menyambut kami. Terdapat bangunan makam dengan desain khas minangkabau. Bercat putih, bangunan ini menaungi makam sang ulama dan pahlawan nasional, Tuanku Imam Bonjol.

Kami ditemui sang juru kunci makam yang masih merupakan keturunan pengawal Tuanku Imam Bonjol. Dengan diantar beliau, kami masuk makam.
(lukisan Tuanku Imam Bonjol)

Ruangan sederhana menaungi makam sang ulama. Berbentuk persegi dengan cat putih, pada dinding makam sebelah kanan pintu terdapat lukisan beliau. Mengenakan jubah putih, beliau digambarkan sedang mengedarai kuda sambil mengangkat pedang. 



Nisan sang pejuang dipagari rantai pembatas dan berbahan marmer putih. Di bagian kepala nisan terdapat tulisan : Peto Syarif Ibnu Pandito Bayanuddin bergelar Tuanku Imam Bonjol Pahlawan Nasional. Lahir tahun 1774 di Tanjung Bungo/Bonjol Sumatera Barat, wafat tanggal 6 November 1854 di Lota Minahasa, dalam pengasingan pemerintah kolonial Belanda karena berperang menentang penjajahan untuk kemerdekaan tanah air, bangsa dan negara.
--

Keluar dari makam, kami ditunjukkan tempat shalat Tuanku Imam selama berada di pengasingan. Berjarak kira-kira 100m dari makam, kami harus menuruni tangga batu berundak menuju sebuah mushala sederhana di pinggir kali. Harus hati-hati ketika melewati tangga ini karena masih berlapis tanah dan sangat licin setelah turun hujan. 


Di depan mushala, ada tempat wudhu sederhana. Tepat didepannya, terdapat sebuah batu besar dan lebar, kira-kira seukuran meja kayu. Menurut cerita, batu ini adalah tempat shalat Tuanku Imam Bonjol. Beliau shalat di atas batu besar tersebut selama berada di pengasingannya. Terlihat bekas tapak kaki sang ulama pada batu kali sebesar meja itu.

Jaman dulu hanya terdapat batu ini sebagai bekas shalat Tuanku Imam Bonjol. Batu yang awalnya terletak di tengah sungai ini kemudian ditarik ke pinggir sungai. Penduduk melakukannya agar batu besar tersebut tidak hilang terseret banjir. Berkat inisiatif dan sumbangan para peziarah, saat ini telah berdiri sebuah mushala sederhana. Berdasarkan catatan di papan tulis kayu yang tergantung di dinding, pembangunan mushala ini sendiri baru selesai sekitar tahun 2012.
(batu besar tempat shalat Tuanku Imam Bonjol)

Kami shalat dhuhur berjamaah di mushala ini. Berlatarkan keheningan dan gemericik air sungai, rasanya shalat yang kami lakukan agaklebih khusuk dari biasanya. Sekeliling mushala ini masih lebat dengan pepohonan, masih hampir seperti hutan. Suara serangga mendengung lirih di kejauhan, mengingatkan bahwa mushala sederhana ini begitu sunyi dan khidmat dalam kesepiannya.
--



Kembali menuju kompleks makam, saya agak terengah ketika menaiki tangga batu. Saat kami mengobrol sedikit dengan penjaga makam, baru kami tahu bahwa makam sang pengawal Tuanku Imam Bonjol pun letaknya masih di sekitar kompleks tersebut. Hanya dibatasi pagar kompleks makam, makam sang pengawal ini sekarang menjadi makam keluarga. Turun temurun keluarga yang meninggal dimakamkan di kompleks makam tersebut. Tampak dari kejauhan, makam sang pengawal ditutup batu nisan putih dan dikelilingi makam keluarga yang lain. Penjaga makam yang menemani kami sendiri adalah keturunan kelima dari sang pengawal.

Setelah dirasa cukup berbincang-bincang, kami memutuskan untuk pamitan. Meski hanya sebentar, rasanya senang sekali kami bisa napak tilas di tempat bersejarah ini. Matahari bersinar terik di langit Minahasa, menyinari salah satu tempat bersejarah, saksi perjuangan sang ulama dan pejuang Indonesia. Dalam hati saya berharap, semoga suatu saat bisa berziarah kesini lagi, tentu dalam keadaan yang lebih baik.
--

"Ya Allah, luaskan kuburan mereka, muliakan arwah mereka, sampaikan mereka pada ridha-Mu, tenteramkan mereka dengan rahmat-Mu, rahmat yang menyambungkan kesendirian mereka, yang menghibur kesepian mereka. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."

Senin, 23 Januari 2017

Danau Linow, danau indah tiga warna di kota Tomohon


Tomohon adalah sebuah kota di sebelah selatan Manado. Terletak sekitar 30 kilometer dari Manado, wilayah ini berupa daerah perbukitan yang sejuk dan subur. Terkenal sebagai penghasil bunga dan sayur, keindahan kota Tomohon tak perlu diragukan lagi. Salah satu keindahan alam yang bisa dinikmati wisatawan di kota ini adalah obyek wisata Danau Linow.

Beberapa saat lalu saya berkesempatan mengunjungi danau indah 3 warna ini. Menempuh perjalanan sekitar setengah jam dari pusat kota Tomohon ke arah barat, rombongan kami harus menempuh jalan yang berliku. Terimakasih kepada pemkot yang sepertinya barusaja memulai proyek aspalisasi, jalan yang kami lalui sudah mulus dan beraspal baru. Bahkan ada beberapa mesin buldoser masih terparkir di beberapa ruas jalan menuju danau Linow.



Perjalanan menuju danau Linow cukup menyenangkan karena selama perjalanan mata kami disuguhi pemandangan hijau dan asri. Rumah-rumah  penduduk berdesain khas Minahasa berjejer rapi. Di beberapa lapangan hijau, nampak kuda-kuda gagah yang sedang asyik merumput. Konon katanya, kota Tomohon ini memang merupakan penghasil kuda unggulan di daerah Sulawesi Utara. Entah benar atau tidak, hanya si pengarang cerita dan Tuhan yang tahu. Namun kuda-kuda ini masih diternakkan dan dipekerjakan untuk menarik bendi. Ya, kendaraan beroda dua ini masih banyak terlihat. Meski kalah pamor dengan angkot, namun jenis angkutan tradisional ini masih laris manis di Tomohon.



Melempar pandang ke arah barat, terlihat Gunung Lokon yang mengawasi kami dari kejauhan. Sungguh indah dipandang. Gunung yang cantik namun berbahaya ini tercatat masih aktif. Aktifitas gunung Lokon terakhir terjadi pada 2015 lalu. Meski masih aktif, nyatanya lereng gunung ini masih ramai dengan pemukiman penduduk. Tanah yang subur menjadi alasan mengapa para penduduk masih bertahan di lereng yang rawan bencana ini.Tak terasa kami hampir sampai.

Mendekati wilayah danau, mulai tercium aroma belerang yang cukup kuat. Busuk dan berbau menyengat, itulah bau belerang yang –meskipun jendela mobil sudah ditutup tapi- masuk ke dalam mobil kami. Sukses membuat kami mengernyit. Bau ini tidak bertahan lama, dan hanya tercium di beberapa spot saja. Sisanya adalah perbukitan dengan udara sejuk dan segar. Benar-benar menghibur kami yang setiap hari terjebak kemacetan di Jakarta. Kami bersorak ketika dari kejauhan telah terlihat hijaunya danau Linow. Alhamdulillah, sampai..


Karena saat itu weekend, pengunjung yang datang lumayan banyak. Tempat parkir hampir penuh dan kami harus mencari parkir di tempat yang agak jauh. Pengunjung datang berbondong-bondong. Bersama keluarga, teman atau kekasih, mereka bersama-sama ingin menghabiskan sore di danau indah tiga warna ini. Untuk menikmati keindahan danau Linow, pengunjung wajib membayar biaya tiket sebesar 25K per orang. Nantinya tiket ini bisa ditukarkan dengan secangkir kopi atau teh hangat di kafe pinggir danau.





Dari tempat parkir, kami turun ke bawah menuju danau Linow. Danau yang tenang dan berwarna hijau. Benarlah bahwa danau ini terdiri dari 3 warna, karena saya melihat perbedaan warna air di pinggir dan tengah danau. Danau Linow sore itu berwarna hijau tua di bagian tengah, hijau muda di bagian yang lain, dan berwarna biru keputihan di beberapa bagian.


Di pinggir danau terlihat bukit yang menghijau. Di beberapa bagian terlihat asap belerang yang mengepul dari tanah. Tentu saja karena kawasan tersebut mengandung belerang. Taman dengan rumput menghijau yang terpotong rapi berada di sekitar danau, cukup nyaman untuk duduk bersantai. Saya berjalan sedikit ke sebelah kanan dan menemukan papan keterangan di salah satu pojok danau. Perubahan warna pada danau Linow ini disebabkan kandungan asam di dalam air danau yang berekasi dengan belerang pada batu. Ituah sebabnya pengunjung dilarang berenang di danau indah ini. Berenang di danau ini bisa berakibat fatal.


"Berdasarkan penyelidikan geologi, cekung danau Linow diduga merupakan kawah alamiah hasil letusan yang terjadi  0,5 juta tahun lalu. Terdapat berbagai manifestasi panas bumi seperti mata air panas asam, fumarol, kawah-kawah amblesan, dan kubangan lumpur yang kondisinya selalu dimonitor untuk menjaga kelestarian sistem panas bumi. Pada beberapa bagian, air danau berwarna hijau pucat, putih susu, atau hijau kekuningan. Kenampakan tersebut terjadi akibat proses pelarutan batuan oleh fluida yang bersifat asam (pH3). Pengunung tidak disarankan untuk bermain-main dengan air danau. Hal tersebut disebabkan sifat air yang asam dan pada beberapa tempat suhunya mendekati titik didih 85 derajat celcius. Kondisi di bagian tengah perairan danau Linow juga belum diketahui"




Terdapat sebuah kafe cantik di pinggir danau Linow yang menyediakan tempat duduk dan hidangan. Pengunjung bisa memesan kopi, teh tarik, kopi susu, atau bermacam hidangan. Tersedia nasi goreng, mie goreng, dan bermacam makanan ringan seperti keripik pisang, pisang goreng atau pisang pasir. Jangan lupa, semua hidangan pisang ini disajikan dengan sambal roa khas Manado. Ingin merasakan makan pisang goreng dicocol sambal? hanya di Manado tempatnya.



Memutuskan untuk menukarkan tiket dengan secangkir kopi, kami masuk ke kafe pinggir danau. Namun seperti perkiraan, kafe ini terisi penuh. Hampir tak ada kursi kosong untuk kami duduk. Antrian pengunjung sangat panjang dan akhirnya saya memutuskan untuk memesan makanan lebih dulu. Pilihan jatuh kepada pisang goreng goroho khas Manado. Sepiring gorohu goreng seharga 25K.



Dengan penuh perjuangan akhirnya kami mendapat tempat duduk di spot yang strategis. Di beranda kafe, pas menghadap ke danau Linow. Setelah antri lama, kami bisa menukarkan tiket dengan secangkir teh, dan pesanan pisang goreng saya akhirnya diantar ke meja. Mungkin kafe ini bisa mempertimbangkan menambah pekerja dan juru masaknya mengingat lamanya pengunjung harus antri dan menunggu pesanan selesai dimasak.

Menghabiskan sebuah sore di danau Linow adalah pengalaman tak terlupakan. Menatap pemandangan danau yang indah, ditemani secangkir kopi susu dan sepiring pisang goreng, sungguh cara yang indah untuk menghabiskan sore.